Apakah Setelah Menonton Film Dewasa Sholat Tidak Diterima Selama 40 Hari? Ini Jawabannya

Apakah kalian pernah mendengar atau membaca konten yang mengatakan jika seseorang menonton film dewasa sholatnya tidak diterima Allah SWT selama 40 Hari.

Mungkin kaliang pernah mendengar atau membaca hadis yang dishare kekalian dengan bunyi sebagai berikut.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : “من نظر إلى عورة أخيه متعمدا لم يقبل الله له صلاة أربعين يوما ، ولم تستجب له دعوة أربعين صباحا” (أنظر ص : ٨٣ [كتاب روح السنة و روح النفوس المطمئنة لسند العارفين وقطب المحررين سيدي أحمد بن إدريس رضي الله عنه] مجموعة أحزاب و أوراد ورسائل ، تأليف و جمع قطب دائرة التقديس السيد أحمد بن إدريس الحسني المغربي من أكابر أولياء و علماء القرن الثالث عشر للهجرة المولود: ١١٧٢-١٢٥٣ هجرية)

Rasulullah Saw bersabda: ” Barangsiapa melihat aurat saudaranya (melihat gambar/film dewasa, dil) dengan sengaja, tidak diterima Allah Swt Shalatnya selama 40 hari, dan tidak diterima do’anya selama 40 subuh (hari) ”

(Lihat halaman : 83 Kitab Ruh As-Sunnah wa Ruh An-Nufus Almuth-mainnah Sanad Saidi Ahmad bin Idris ra Alhasani Almaghribi) Lantas apakah hadis tersebut benar atau hanya hadis tersebut merupakan hadis palsu.

Al-Fattani dalam kitab Tadzkirah Al-Maudhuat, hlm. 181, Memasukkan hadis ini ke dalam golongan hadis maudhu (palsu), la mengatakan: ” Barangsiapa yang melihat aurat saudaranya yang muslim secara sengaja maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama 40 hari dalam sanad hadis ini terdapat rawi bernama Harun yang sudah di bahas reputasinya (sebagai pembohong/alkadzab).

Namun tentunya jangan jadikan alasan ini untuk bermaksiat, Karena dikatakan dalam Hadits Riwayat Ibnu Majah no 4245 : “Akan datang suatu kaum yg membawa pahala bergunung gunung dihari kiamat, namun pahala itu Allah hancurkan di depan matanya karena dia sering melakukan maksiat disaat sendirian,”

Walaupun hadis di atas adalah hadis palsu, namun ada juga hadis sahih yang isinya melarang melihat aurat saudaranya (sesama manusia) baik sesama jenis atau lain jenis.

فعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ، وَلَا الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ، وَلَا يُفْضِي الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ، وَلَا تُفْضِي الْمَرْأَةُ إِلَى الْمَرْأَةِ فِي الثَّوْبِ الْوَاحِدِ رواه مسلم (338).

Artinya: Rasulullah bersabda: Tidak boleh laki-laki melihat aurat laki-laki lain; perempuan melihat auratnya perempuan lain. Tidak boleh lelaki berada dalam satu pakaian dengan lelaki lain begitu juga perempuan tidak boleh berada pada satu baju dengan perempuan lain. HR Muslim, #338.

Imam Nawawi dalam Syarah Muslim, hlm. 4/30-31, menjelaskan maksud hadis di atas sbb:

” تحريم نظر الرجل إلى عورة الرجل، والمرأة إلى عورة المرأة، وهذا لا خلاف فيه، وكذلك نظر الرجل إلى عورة المرأة، والمرأة إلى عورة الرجل: حرام بالإجماع.

ونبه صلى الله عليه وسلم بنظر الرجل إلى عورة الرجل، على نظره إلى عورة المرأة، وذلك بالتحريم أولى، وهذا التحريم في حق غير الازواج … ” انتهى  

Artinya: Haram lelaki melihat aurat lelaki lain, perempuan melihat aurat perempuan lain. Ini kesepakatan ulama. Begitu juga, haram lelaki melihat aurat perempuan, dan perempuan melihat aurat laki-laki. Keharamannya secara ijmak. Nabi mengingatkan keharaman lelaki melihat aurat lelaki lain dan lelaki melihat aurat perempuan. Hal itu dari segi keharaman lebih besar. Keharaman ini pada selain suami.

Orang yang sengaja melakukan dosa adalah orang fasik. Allah memberikan hidayah kepada siapa saja yang fasik, tetapi juga dapat menyesatkan mereka. Pornografi dan pornoaksi dalam pandangan hukum Islam adalah dilarang, seperti yang ditegaskan oleh beberapa ayat dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad.

Fatwa MUI tanggal 22 Agustus 2001 No. 287 Tabun 2001 juga dengan jelas melarang pornografi dan pornoaksi dalam segala bentuknya. Sejarah pornografi berasal dari masa lama, seperti Zaman Renaissance dan Revolusi Perancis. Pornografi dan pornoaksi saat ini sangat mudah diakses melalui internet, televisi, tabloid, majalah, alat peraga seks, program komputer, telepon, dan handphone.

Wallahu a’lam bish-shawabi ( والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ )